3 Kebiasaan Warga Madiun Saat Bulan Suro
Foto : JTV Madiun |
Bulan Suro atau bulan Muharram dalam kepercayaan
jawa kuno merupakan bulan yang dikeramatkan. Banyak yang mempercayai bahwa di
bulan ini jika kita melanggar pantangan-pantangan yang ada, maka kita akan
ditimpa dengan kesialan bahkan malapetaka. Di lain sisi, umat islam memiliki
pandangan berbeda mengenai bulan Suro atau dalam penanggalan hijriah disebut
dengan bulan Muharrram. Dalam terminologi islam bulan muharram merupakan salah
satu dari empat bulan suci dalam setahun. Meskipun ada perbedaan pandangan
mengenai bulan Suro atau Muharram, warga Madiun tetap mengadakan berbagai acara
untuk menyambut bulan ini. Berikut ini ada 3 kebiasaan warga Madiun ketika
bulan Suro tiba.
Pemerintah Kota Madiun menyambut
tahun baru hijriah dengan mengadakan acara yang bertajuk pawai ta’aruf.
Kegiatan yang diikuti oleh siswa dari berbagai sekolah di Madiun ini menjadi
magnet yang menyita perhatian masyarakat. Selain itu, pawai ini juga diselingi
dengan penampilan kesenian dan budaya. Mulai dari kesenian khas Madiun berupa
dongkrek, hingga ogoh-ogoh yang merupakan kebudayaan khas Bali.
Foto : JTV Madiun |
2. Bersih
Desa
Ritual bersih desa merupakan budaya
yang telah turun temurun dilaksanakan oleh masyarakat suku Jawa. Upacara ini
diadakan tiap bulan Suro atau bulan kesebelas dalam penanggalan kalender Jawa.
Bersih desa diadakan sebagai bentuk syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
hasil panen yang didapat. Selain itu, tujuan bersih desa adalah untuk meminta
perlindungan kepada penjaga desa dari bala dan marabahaya.
Foto : Solopos |
3. Larung
Sesaji
Selain ritual bersih desa, masyarakat Madiun juga ada yang menggelar larung sesaji di bulan Suro. Pelaksanaan larung sesaji ini diadakan di waduk bening widas yang berlokasi di Kecamatan Saradan. Pelaksanaan ritual ini menunjukkan rasa syukur atas hasil alam yang melimpah. Uniknya, meskipun waduk bening widas berlokasi di Kabupaten Madiun, petani bawang merah yang berasal dari Nganjuk pun turut mengikuti ritual larung sesaji di waduk tersebut.
Penyambutan bulan Suro atau Muharram dengan kegiatan
atau ritual yang berbeda dapat menjadi daya tarik tersendiri untuk mendongkrak
pariwisata di kawasan Madiun. Oleh karena itu, perlu adanya kerjasama dan sikap
saling bahu membahu agar mampu menjadikan kegiatan-kegiatan di bulan Suro
tersebut sebagai magnet yang dapat menarik wisatawan dan mendongkrak
perekonomian warga Madiun.
Posting Komentar