Pemuda Madiun Sulap Popok Bayi menjadi Pupuk dan Media Tanam

Pemuda Madiun berhasil menyulap limbah popok bayi menjadi media tanam dan pupuk
Dokumentasi Pribadi
MADIUN – Popok bayi sekali pakai kini sudah sangat sering digunakan para ibu karena dianggap praktis. Namun siapa sangka dengan semakin banyaknya para ibu memakaikan popok bayi sekali pakai ke anaknya, maka semakin berlimpah juga sampah yang dihasilkan. Sampah popok bayi ini sangat meresahkan sebagian orang. Salah satunya adalah Irwan Budiyanto, pemuda asal Desa Sambirejo, Kecamatan Geger, Kabupaten Madiun.

Dia merasa resah ketika melihat warga lain tidak peduli terhadap lingkungan dengan membuang sampah popok bayi sekali pakai di sungai. Seperti yang kita ketahui, sampah ini memerlukan waktu yang cukup lama untuk mengalami proses penguraian. Sehingga jika hal ini tetap diabaikan dan tidak ditindaklanjuti maka akan mengakibatkan kerugian atau bahkan bencana.

Irwan membuktikan sendiri bahwa masih banyak warga Madiun yang acuh terhadap banyaknya sampah popok bayi ini. Ketika ia menjadi relawan banjir tahun 2019 di Madiun, dia banyak menjumpai tumpukan sampah popok bayi sekali pakai. Tak hanya Irwan dan kawan-kawan relawan lain yang menjumpai hal seperti ini, akan tetapi Bupati Madiun juga kecewa melihat banyaknya tumpukan sampah popok bayi ini.

Dokumentasi Pribadi
Adanya pengakuan dari warga setempat bahwa mereka merasa kebingungan harus diapakan sampah popok bayi ini. Mereka tidak bisa membakar sampah popok bayi sekali pakai ini karena mereka masih percaya akan mitos yang mengatakan jika popok bekas bayi dibakar akan membuat bayi menjadi jatuh sakit. Sehingga mereka harus mengubur di dalam tanah sampah-sampah tersebut. Akan tetapi semakin sedikitnya lahan untuk mengubur sampah tersebut membuat warga akhirnya memutuskan untuk membuang di sungai.

Hal ini akhirnya memunculkan ide alumnus Magister Manajemen Agribisnis Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Irwan Budiyanto, untuk memanfaatkan sampah-sampah yang meresahkan banyak orang ini. Dia memanfaatkan sampah popok sebagai media tanam dan pupuk tanaman. Ide tersebut didapatnya dari sejumlah penelitian yang tertulis pada beberapa jurnal ilmiah yang ia baca.

Cara membuatnya sendiri tidaklah sulit. Ia memanfaatkan sampah popok milik anaknya kemudian mengambil gel yang ada di setiap popok. Setelah itu gel tersebut dicampur dengan mikroorganisme lokal (MOL). MOL ini terbuat dari bahan keong atau tempe , air kelapa, air cucian beras, dan diberi air tebu. Selanjutnya, gel popok diberi air 1 liter dan dicampur dengan MOL sekitar 1 gelas. Campuran ini difermentasi selama 2 minggu namun tidak bisa langsung digunakan. Hasil fermentasi ini harus dicampur dengan tanah untuk bisa dijadikan media tanam. Sedangkan air yang dihasilkan dari fermentasi ini bisa digunakan untuk pupuk. Kelebihan dari penggunaan gel ini yaitu tidak perlu sering menyirami tanaman karena gel memiliki daya serap yang cukup baik.

Dokumentasi Pribadi