20 Bangunan Bersejarah di Kota Madiun yang Ditetapkan Sebagai Cagar Budaya

 
MADIUN - Kota Madiun memiliki beberapa bangunan bersejarah yang ditetapkan sebagai Cagar Budaya oleh Pemerintah Kota Madiun. Bangunannya berupa tempat ibadah, pabrik maupun tempat umum lainnya. Berikut merupakan beberapa diantaranya

1. Masjid Kuno Kuncen

Masjid yang berada di kelurahan Kuncen, Kecamatan Taman, Kota Madiun ini memiliki bentuk bangunan yang ikonik. Berbentuk utama joglo tempat ibadah bagi umat muslim ini memiliki pagar berbahan batu bata yang menjulang kokoh berdiri. Masjid yang diperkirakan dibagun pada akhir abad ke-16 ini juga disebut dengan nama Masjid Nurhidayatulloh. Selain terdapat bangunan masjid, pada sisi samping bangunan masjid terdapat makam Bupati Madiun terdahulu, yaitu Ki Ageng Panembahan Ronggo Jumeno, Raden Mas Bagus Petak, Adipati Martoloyo, Adipati Balitar, dan Tumenggung Balitar Tumapel beserta keturunannya. 

2. Masjid Kuno Taman

Peninggalan sejarah di Kota Madiun berada di Jalan Asahan, Kecamatan Taman, Kota Madiun yang dikelilingi dengan makam para Bupati Madiun terdahulu. Menurut informasi yang beredar bangunan utama masjid ini belum pernah direnovasi, kecuali penambahan kanopi disekitar masjid. Masjid ini dibangun oleh Kyai Ageng Misbach atau dikenal juga dengan Masjid Donopuro ini didirikan pada tahun 1754. 

3. Balaikota Madiun

Bangunan yang saat ini difungsikan sebagai pusat Pemerintahan Kota Madiun ini memiliki gaya arsitektur kolonial. Hal itu tak lepas dari kondisi bangunan yang dibangun sekitar tahun 1928, pada masa penjajahan Belanda. Bangunan ini spesifik mencirikan langgam Nieuwe Bouwen yang terinspirasi dari aliran Intenstional Style yang tidak lupa mengadopsi karakteristik arsitektur lokal. Bangunan ini menjadi ikon utama di kawasan wisata Pahlawan Street Centre yang terbuka untuk dikunjungi masyarakat umum.

4. Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat (GPIB) Gamaliel

Bangunan gereja yang berdiri di Jalan Jawa, Kota Madiun ini berdiri pada 1908 tahun yang lalu. Hal tersebut dapat disaksikan pada prasasti yang ada di Gedung tersebut. Pun dalam prasasti yang menemepel tertuliskan beberapa tokoh yang berjasa dalam pembangunan yaitu T. Pilon Spark, W.F Reisner yang merupakan pemimpin pembangunan gedung.

5. Gereja Santo Cornelius

Bagi yang sering melewati Jalan Pahlawan dan Jalan Ahmad Yani Kota Madiun pasti tidak asing lagi dengan gereja yang satu ini. Terletak di pusat kota, gereja ini juga salah satu ikon di kawasan Pahlawan Street Centre. Gereja bagi umat agama katolik ini telah berdiri ratusan silam dan diprediksi telah terbangun sejak 1899.

6. Kompleks Bangunan Santo Bernadus

Kawasan sekolah katolik di Kota Madiun yang berada di Jalan Ahmad Yani ini berdiri kokok sejak era kolonial terdahulu, bermula padaa 1914 silam. Bermula saat pastor yang Bernama B.G. Schweitz SJ yang berkeliling dan membawa anak terlantar menuju Madiun. Melalui laman madiuntoday.com diceritakan bahwa sang pastor lantas menceritakan anak terlantar tersebut kepada Komunitas Suster Ordo St. Ursula Malang dan Biara Pusat di Keuskupan Surabaya. Komunitas tersebut pada akhirnya mengirimkan enam suster untuk pergi ke Madiun.

7. Gedung Bakorwil Madiun

Rumah dengan gaya Indische Empire ini difungsikan sebagai kompleks kantor Badan Koordinator Wilayah di Madiun yang merupakan instansi yang dikelola Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Bangunannya khas dengan kesan belanda, tak heran bangunan ini sudah berdiri sejak abad ke-19 saat penjajahan belanda. 

8. Rumah Kapitan Cina

Cagar budaya ini tepat berada di depan Alun-Alun Kota Madiun, tepatnya di Jalan Kolonel Mahardi Kota Madiun. Bangunan ini menjadi sangat menarik karena di Indonesia hanya terdapat dua bangunan yang masih terawat, salah satunya ada di Kota Madiun. Bangunan tua ini kini dikembangkan menjadi coffee shop kopi kakak.

9. Klenteng Hwi Ing Kiong

Masyarakat keturunan tionghoa di Kota Madiun pasti tidak asing dengan bangunan yang berada di Jalan Cokroaminoto yang satu ini. Pembangunan klenteng ini dimulai pada tahun 1887. Adapun ubin merah yang terpasang ini berasal dari tiongkok dan keramik dengan ciri khas Belanda ini merupakan hadiah dari residen. Sebelum dilokasi yang sekarang dulunya klenteng ini berdiri dengan sederhana disebelah barat Sungai Madiun. Adapun kondisi lantai bangunanya hingga kini tidak pernah diganti, karena terdapat jejak kaki Hu Shen yang dipercaya membantu umat Hwie Ing Kiong.

10. Kompleks Pablik Gula Rejo Agung

Pabrik Gula terbesar di Madiun ini banyak menyisakan bangunan-bangunan lawas yang kini ditetapkan sebagai cagar budaya. Pablik dengan kapasitas 6000 TCD ini berlokasi di Jalan Yos Sudarso. Bagi yang ingin memasuki Kota Madiun dari arah exit tol Madiun menuju Jalan Pahlawan pasti akan disambut dengan keberadaan pabrik yang sudah berdiri sejak 1894 ini. Dulu pabrik gula ini merupakan anak perusahaan dari NV Handel My Kian Gwan.

11. Rumah Dinas Pabrik Gula Rejo Agung

Rumah dinas ini terdiri dari beberapa nomor, antara lain rumah dinas nomor 1, nomor 15, nomor 19, nomor 51, nomor 53, nomor 55, nomor 57, nomor 65, dan nomor 77. Kondisi rumah dinas di Pabrik Gula Rejoagung ini memiliki gaya arsitektur yang berbeda-beda. 

12. Stasiun Madiun

Sejak zaman Kerajaan Mataram, Kota Madiun menjadi daerah yang rama dan strategis. Hal ini membuat perusahaan kereta api Staats Spoorwegen (SS) membangunan jalur rel kereta api yang beroperasi sejak tahun 1882.  Jalur rel kereta api ini merupakan fasilitas yang dibuat pemerintahan hindia belanda untuk mengangkut hasil perkebunan. Sisa sisa bangunan di Stasiun Madiun masih tersisa pada konstruksi kolom penyangga bangunan emplasemen.

13. SDN 1 Kartoharjo

Sekolah dasar dengan julukan SD Guntur ini sudah ada sejak masa pemerintahan Hindia Belanda. Sayangnya tanggal pasti pendirian bangunan ini belum dapat dipastikan diakibatkan minimnya sumber. Berasarkan dokumen lama yang tersedia, sekolah ini dulunya Bernama Hollandsch Inlandsche School (HIS) Madioen. Sekolah ini mencatat menerima murid baru dengan nomor induk 989 pada tanggal 1 Agustus 1940, dipastikan sekolah ini ada sebelum tahun tersebut. Sumber lain (peta Kota Madiun 1917) menyebutkan bahwa sekolah ini sebenernya 2E (Tweede) Europesche Lagere School atau sekolah rendah tingkat II.

14. SDN 2 Kartoharjo

Sekolah ini dulunya tercatat dengan nama Particuliere Schakelschool van de Vereeniging Moehammadijah yang berdiri pada tahun 1928. Sumber lain juga menyatakan dulunya sekolah ini berdiri dengan nama Sekolah Rakyat Kahuripan. Sesuai dengan Namanya sekolah ini dikelola organisasi Muhammadiyah dengan masa Pendidikan selama lima tahun. 

15. SMPN 1 Madiun

Sekolah yang berada di Jalan Kartini ini pada masa pemerintahan Hindia Belanda dikenal dengan nama MULO (Meer Uitgebreid Lagere Onderwijs). Sekolah setara sekolah menengah pertama (SMP). Tidak diketahui pasti kapan sekolah ini berdiri namun sekolah ini mengalami beberapa perubahan nama. Missal menjadi Madiun Syuu Shuto Chugako pada masa pendudukan Jepang, dan berubah menjadi SMPN 1 Madiun pada 1942.

16. SMPN 3 Madiun

Sekolah dengan nama Sekolah Kartini ini merupakan jejak perjuangan RA Kartini. Pembangunan sekolah ini menurut penelusuran Balai Pelestarian Cagar Budaya Trowulan rencana pembangunan sekolah dimulai sekitar Juli 1913. Kala itu para pejabat pribumi memikirkan Pendidikan bagi nak perempuan Jawa, utamanya berasal dari keluarga terpandang.  

17. SMPN 13 Madiun

Sekolah ini secara resmi baru berdiri 1992, hasil penggabungan SPG (Sekolah Pelatihan Guru) dan SKKK (Sekolah Keterampilan Kesejahteraan Keluarga). Namun bangunan yang berdiri ini memiliki sejarah Panjang, pada zaman Hindia Belanda ini merupakan sekolah 2E Europeesxhe Lagere School (ELS). Sekolah yang menggunakan Bahasa pengantar Bahasa Belanda, ELS merupakan bagian sistem pendidikan diskriminatif dan rasis dari pemerintahan Hindia Belanda. 

18. SMAN 1 Madiun

Sekolah yang berdiri di Jalan Mastrip ini berhasil berdiri berkat jasa beberapa tokoh, beliau adalah Dewo Modjo, Setyowati, Dwijo, Tarno dan Soehoed Nosingo. Pada bulan Mei 1946 lembaga Pendidikan sekolah menengah di Kota Madiun ini didirikan. 

19. SDN 5 Madiun Lor

Sekolah peninggalan masa pemerintahan Hindia Belanda ini dalam profilnya disebutkan bahwa telah berdiri sejak 1920. Sekolah ini digunakan untuk Holland Indlandsch School (HIS). Setelah masa kemerdekaan sekolah ini mengalami perubahan fungsi, digunakan sarana belajar bagi sekola calon guru yang disebut SGB.

20. Menara Air Sleko

Menara Air Sleko ini dibangun oleh pemerintah Belanda untuk memenuhi kebutuhan air bersih warga Madiun. Menara air miliki daya tampung sebanyak kurang lebih 750m3, sayangnya prasasti pendiriannya tidak diketahui keberadaanya karena diambil Direktur PDAM Tirta Taman Sari Kota Madiun saat dilakukan penambahan pompa air baru.

Sumber rujukan : Surat Keputusan Walikota Madiun mengenai Cagar Budaya