Lowker Bakal Caleg Yang Sepi dan Kota Yang Sok Ngide Soal Transportasi!

foto: jendelabook.blogspot.com

Saat pertama kali Dhidan Tomy menyarankan saya untuk menulis apa saja yang terjadi di Madiun selama sepekan. Tawaran ini saya terima tanpa kalimat penolakan, selain karena dia teman. Saran yang dia utarakan ada baiknya juga, sebuah tantangan baru yang menguji konsistensi, melatih kemampuan cangkeman, dan ajang resensi peristiwa yang sepertinya seru. Ini adalah artikel pertama, merangkum peristiwa mei minggu pertama Madiun, ada banyak hal menarik, mari kita mulai.

Belasan pelajar Kota Madiun menerima fasilitas laptop chromebook dari Pemerintah. Kebahagiaan ini tak berhenti begitu saja, capaian bagi-bagi laptop gratis memecahkan Museum Rekor Dunia  Indonesia atau kita kenal rekor (MURI). Tentu jadi hal yang membanggakan, disaat politisi sibuk bagi-bagi amplop, eh Pak Maidi malah bagi-bagi laptop. Ngeri tenan bosku walikota kita ini, senggol dong!

Semoga dengan laptop gratis ini para pelajar di Kota Madiun makin giat belajar, memiliki orientasi studi yang jelas dan mampu mengakses segala kemudahan belajar dengan bekal laptop yang diberikan. Jangan sampai laptop ini digunakan untuk hal-hal yang tidak diinginkan, diberi laptop untuk belajar eh malah dijual,  uangnya buat beli ikan hias di pasar burung njoyo. Ya jelas ra masok!  semoga tidak terjadi, kalaupun terjadi ya nggak papa, itung-itung ngejar passion bisnis ikan hias.


Jadi jujukan wisata, Kementrian Perhubungan wacanakan pengembangan angkutan pemandu moda dari bandara ke Kota Madiun. Wacana ini muncul seiring dengan pesatnya pembangunan wisata Kota Madiun, dibutuhkan moda transportasi angkutan dengan tujuan Bandara Adi Soemarmo, Solo dan Bandara Juanda, Surabaya. Gagasan ini terasa cukup membanggakan, Madiun yang dulu dikenal sebagai kota transit, cikarang, mampu bertransformasi jadi kota wisata.

Sebagai masyarakat, saran semacam ini harus kita baca ulang dan ragukan. Sejatinya kita butuh atau tidak moda transportasi dari bandara, sedangkan transportasi dalam kota masih gini-gini aja, transportasi umum tidak ada, alasannya sih karena ada ojek online. Hey! tidak semua masyarakat melek teknologi, pemerataan akses internet saja masih perlu dipertanyakan, coba pikirkan nasib nenek-nenek yang HP-nya nokia express music?

Saran ini perlu kita kaji ulang, apakah program ini masuk akal, atau hanya euforia belaka yang malah menghambur-hamburkan APBD. Sebenarnya, wacana KRL Jogja-Solo yang katanya mau bablas ke Madiun, jauh lebih dibutuhkan masyarakat. Mengingat stasiun Madiun berdekatan dengan PSC. Ayolah buka mata, lebih baik KRL Jogja-Solo ketimbang ide moda transportasi dari bandara. Tapi kalau mau direalisasikan semuanya ya ndak papa, malah luweh apik. 

Tapi sebelum itu, memang ada orang yang turun Bandara Adi Soemarmo Solo mau ke Madiun? memangnya ada penumpang yang turun Bandara Juanda Surabaya mau ke Madiun? Mereka-mereka yang turun di Adi Soemarmo ya jelas luweh gayeng dolan Jogja, jaraknya dekat wisatanya jangan ditanyakan. Mereka-mereka yang turun Bandara Juanda ya jelas milih nge-mall di Surabaya atau kalau nggak gitu ke Malang. Dengan jarak tempuh yang sama, yo jelas milih Malang bos, ono Songgoriti!


Pesta Demokrasi 2024 sudah dimulai, pendaftaran bakal calon legislatif juga sudah dibuka. Sayangnya, memasuki hari ke-empat masih nihil pendaftar, katanya masih pada sibuk menyiapkan daftar adminstrasi yang ribet itu. Memang tugas EO demokrasi Indonesia sibuk dengan beban kerja administrasi, seolah-olah menegasikan edukasi kepada masyarakat akan pentingnya memilih. 

Pemilih muda seperti saya ini sedang berada pada dua pilihan: nyoblos apa golput. Sayangnya, EO demokrasi gagal memberikan pemahaman kepada masyarakat akan pentingnya nyoblos saat pemilu. Jujur, saya dominan untuk golput pas pemilu 2024, nggak ada caleg yang visi-misinya jelas, politik yang mereka tawarkan adalah politik citra bukan politik gagasan.

Kelak, jika calon legislatif sudah mendaftarkan diri, langsung bikin akun tik-tok saja untuk kampanye. Sampaikan visi-misi kalian didunia digital. Baliho-baliho yang kalian pajang itu nilai irelevansinya tinggi. Caleg-caleg itu saya sarankan adu gagasan di sosial media, saling stitch vidio untuk berdebat dan menyampaikan ide-ide visioner tentang pembangunan daerah. Balihomu itu blas ra masok bos! lebih baik kalian saling senggol di tik-tok, itu relevan dan menghibur.

Sudah segini dulu, memasuki tahun politik, semoga kita jadi masyarakat yang fanatisme politiknya rendah, tapi kesadaran dan knowledge politiknya tinggi. Semoga kita tidak mudah di adu domba oleh mereka yang melihat masyarakat sebagai komoditas. Oh iya, jangan lupa jaga kewarasan, genderang politik akan ditabuh, buzzer-buzzer politik akan cangkeman, dan polarisasi dimulai. Tetap waras bos!

Penulis Geza Bayu Santoso