Radio DCS FM Tidak Pergi, Ia Hanya Mengudara Dengan Cara Lain

foto: @radiodcs100.50

"Radio DCS FM tidak pergi, ia hanya mengudara dengan cara lain, DCS FM tak sepenuhnya pamit, sebab ia abadi dalam benak pendengarnya"

Kira-kira 2010, tahun dimana hitam kuning tak selalu tentang Golkar, hitam kuning adalah DCS FM dan begitu juga sebaliknya. Kemunculan stikernya bak sayembara orang hilang, ada di mana-mana, di sudut-sudut kota, di meja warung tengah sawah, dan tersemat dalam benak masyarakat. DCS FM adalah hiburan, rumah, sahabat, teman, culture sosial, atau jika boleh berlebihan, DCS FM adalah ideologi, logonya terus membayangi kita—hingga hari ini—31 Mei 2023, ia resmi pamit, berhenti mengudara untuk selama-lamanya.

Tory Andromeda, manusia yang layak dijuluki sebagai Vincent Rompies-nya Madiun, dari Gus Tory inilah kabar pamitnya DCS terdengar. Rasanya sedih, haru dan bingung. Radio yang menemani masa kecil saya harus tutup karena banyak alasan, mulai ditinggalkan pendengar, terkikis dan menjadi tidak relevan dengan arus zaman, atau mungkin gagal beradaptasi dengan kemajuan digital yang unpredictable. Itu semua hanya spekulasi penulis—yang jelas—DCS FM adalah cinta dan tempat tumbuhnya banyak manusia hebat dari Madiun.

6 Bulan lalu, Madiunpedia berkesempatan mewawancandai Tory Andromeda, bertanya banyak hal tentang Gus Tory sebagai personal dan profesional. Dalam wawancara singkat tersebut, saya yang kala itu bertugas sebagai pewawancara jadi agak terkejoed, ternyata Gus Tory gabung DCS FM saat usianya masih 19 tahun (2011), layaknya anak yang tak lupa siapa bapaknya, dengan nada lugas, Gus Tory mengaku bahwa namanya besar berkat DCS FM, ia banyak belajar dan tumbuh menjadi lelaki idaman berkat profesi penyiar yang ternyata sudah ia geluti selama 1 dekade. 

"Namun tidak terasa, waktu itu nampaknya sudah habis" tegas Gus Tory di media sosial. DCS FM memang tidak pernah pamit, ia abadi dalam hati pendengarnya. Saat SD, saya persisten mendengarkan siaran DCS lewat radio kakek, mungkin hanya itu teman masa tua yang setia menemaninya. Tidak ada inisiatif untuk mendengarkan radio, Geza kecil hanya terpaksa dan dengan tidak sengaja mendengar siaran DCS FM. Berkat siaran ini, kesadaran musik saya terasah, setidaknya sampai sekarang, saya hafal nama-nama band favorit kala itu, ada Wali, Peterpan, Last Child, Merpati Band dan Hijau Daun.

DCS FM adalah teman, sahabat baik untuk menemani proses mencari jati diri. Cerita bahagia dan salam rindu titip kangen adalah kenangan manis yang sulit dilupakan. Kebahagiaan anak muda Madiun kala itu sederhana, menanti sesi titip pesan dan request lagu kesayangan.  Kebahagiaan akan memuncak saat penyiar memutar lagu yang kita inginkan, suara siarannya terdengar dari bilik kamar kos, ladang palawija Mbah Arjo Wilangun, pos satpam kantor Walikota dan nyaring di kios pedagang Pasar Besar Madiun. Pesan-pesan cinta DCS hadir untuk semua kalangan, tak melihat kasta sosial apalagi perawakan.

“Udarain nomerku dong mas, mau cari teman baru” nada yang sampai sekarang masih tersemat dalam benak pendengar maupun penyiar. Banyak hal yang membuat DCS abadi dalam hati, salah satunya karena sering jadi sponsor event, sering bikin lomba, khazanah segmen siarannya beragam, mulai dari slowrock, tembang-tembang hits, lagu jejepangan, kisah horor dan yang paling istimewa selalu jadi tempat mampirnya artis ibu kota. Sampai kapanpun, DCS FM akan punya tempat tersendiri,  dalam benak dan hati masyarakat karisidenan Madiun.

Setelah tidak lagi mengudara di gelombang radio, kemana DCS FM? Dari kabar yang ada, Radio DCS FM akan tetap on air, hanya manajemen dan format siaran saja yang berubah. Akan ada format baru, crew baru, penyiar baru, segmen baru, dan banyak hal baru. Yang jelas, penyiar yang dulu menemani kita ,resmi pamit dan izin istirahat. 31 Mei 2023 jadi hari terakhir mengudaranya DCS FM dengan crew dan format lama. Salam teman setia anda.