Tantangan Terbuka Untuk Takmir Masjid Quba Kabupaten Madiun


foto: @ivu.fajar

Tantangan terbuka ini ditulis dengan santai, kalau ada yang membacanya dengan amarah membara, alangkah lebih baiknya turu saja, tidak baik mengawali kerja-kerja membaca dengan nesu dan memasang wajah kerung seperti cipung. Video tiktok karya @ghaniyos memantik kita semua akan fenomena masjid megah yang sepi jamaah, ada banyak pesan tersirat dalam vidio tersebut, namun intinya sedang mengcapture Masjid Quba Kabupaten Madiun yang sepi.

Masjid kebanggaan warga Kabupaten Madiun ini baru saja direnovasi, kubah lama berwarna putih dengan bahan glass reinforced concrete mengalami penyusutan dan sering bocor saat hujan turun. Tidak main-main, dana yang digelontorkan untuk pembenahan kubah terbilang cukup fantastis, untuk merehab kubah utama dengan lapisan tembaga saja harus menguras dana hingga 2,2 milyar, apalagi kalau kubahnya dilapisi emas, sudah jelas larang bianget bosku. 

Tak ada gading yang tak retak, Masjid Quba dinilai terlalu eksklusif sebagai tempat peribadatan, lokasi yang kurang representatif dan minimnya persistensi agenda kajian, disinyalir menjadi alasan utama sepinya masjid. Padahal, masjid dalam perjalanan sejarahnya memiliki fungsi yang sangat dinamis, sebagai titik sentral pergerakan dakwah Islam, masjid adalah ruang publik untuk membahas masalah politik, sosial, ekonomi, kebudayaan, dan agama. 

Tantangan terbuka ini dibuat agar Masjid Quba benar-benar menjadi ruang publik yang inklusif, mampu menjadi tempat yang bukan hanya diisi oleh agenda normatif peribadatan, namun juga melibatkan perannya dalam bidang lain. Dan memang sudah seharusnya fungsi masjid berjalan demikian, menjadi ruang belajar yang sedikit profan tapi menjawab kebutuhan zaman, upaya semacam ini harus dijalankan agar masjid tetap relevan dengan dinamika sosial. Langsung saja, berikut isi tantanganya. 

Pertama, bentuk tim digital untuk memaksimalkan publikasi, sangat disayangkan,  masjid megah nan esetetik ini nampaknya belum memiliki tim digital yang jelas, akun instagram @masjidqubacarubanofficial juga nampak puasa untuk mengabarkan agenda masjid. Digitalisasi semacam ini mestinya pernah didiskusikan pengurus takmir, namun kurang maksimal dalam implementasinya. Tapi nggak tahu juga ding udah dibahas atau belum. 

Tim digital ini penting, selain mendokumentasikan agenda masjid, ia juga memiliki peran untuk memaksimalkan search engine optimization. Saya cukup kewalahan saat mengulik data tentang Masjid Quba, setiap kali berselancar, yang muncul malah Masjid Quba Madinah, masjid pertama yang dibangun Rasulullah SAW. Bahkan saat saya tambahkan kata kunci "madiun" dalam kolom pencarian, bukan Masjid Quba Caruban yang muncul, yang ada malah Masjid Quba Pandean, Kota Madiun. Has remuk, tak perlu berbusa-busa untuk menjelaskan urgensi tim digital, kita semua paham soal ini. 

Kedua, mari kita sepakati bersama bahwa tantangan perkembangan dunia Islam makin beragam, pendekatan yang hanya bernafaskan "agama", sudah tidak relevan untuk merespon dan menjawab problematika. Dalam catatan sejarah, masjid adalah ruang publik yang sangat dinamis. Masa dinasti, masjid adalah tempat yang kental dengan perdebatan politik, saat masa kejayaan Islam, masjid adalah ruang pengembangan keilmuan yang sangat mengagumkan, beragam disiplin ilmu lahir dan diperdebatkan oleh ilmuwan muslim. 

Sudah seharusnya gerakan keagaamaan Masjid Quba berjalan dinamis, menjadi ruang publik yang menyenangkan tanpa menegasikan ciri khas masjid sebagai ruang publik keagamaan. Persisten mengadakan diskusi, kajian agama, ceramah budaya, pidato kebangsaan, dan membedah karya-karya kontemporer, adalah segelintir dari sekian banyak cara agar Masjid Quba makin relevan dan ramai. Inisiatif gerakan semacam ini seyogianya harus dipikirkan oleh beliau-beliau jajaran takmir, sebab memakmurkan masjid jelas menjadi tujuan beliau-beliau yang saya hormati. 

Ketiga, mengambil peran edukatif sebagai bentuk transformasi pemberdayaan umat, paradigma bahwa masjid menjadi tempat yang sakral kiranya perlu kita baca ulang. Tak salah juga masjid mengambil peran pendidikan dalam perkembangannya, toh sudah banyak contoh suksesnya. Integrasi dengan organisasi sosial keagamaan perlu dieratkan ulang, pelatihan kebudayaan, workshop kewirausahaan, dan kajian edukatif lainnya perlu kita hadirkan ulang dengan semangat baru yang konsisten.

Optimalisasi fungsi masjid bukan hal yang rumit untuk diperjuangkan, ada banyak cara, ada beragam opsi untuk mewujudkannya. Hanya diperlukan pembacaan ulang tentang sumber daya, optimalisasi komunikasi, dan perbaikan struktur organisasi. Hal pokok dan mendasar penting kita diskusikan sebelum membicarakan hal-hal besar seperti berdikari ekonomi, peningkatan kualitas umat, dan kesejahteraan masyarakat. Panjang umur Masjid Quba Madiun, jangan trocoh lagi, renovasimu mahal.