Menggerutu Untuk 455 Tahun Yang Makin Semu, Absurd, dan Biasa Saja

ilustrasi: madiunpedia

Saya ingin menggerutu saja, tidak ada opini bagus apalagi mendidik, jika anda berharap akan ada kritik menukik, argumen solutif, apalagi uraian akademik yang adiluhung, lebih baik tidur saja, sungguh merugi anda meluangkan waktu untuk membaca tulisan jelek dan tidak bermoral ini. Oh iya, catatan minggu kali ini cukup spesial—setidaknya untuk saya pribadi— cangkeman yang saya persembahkan untuk 455 tahun Kabupaten Madiun, daerah yang mengajarkan saya cinta sekaligus patah hati.

Tak butuh banyak alasan untuk mencintai Kabupaten Madiun. Airnya saya minum, tanahnya saya injak, udaranya saya hirup, dan semua itu cukup untuk menjadi landasan kenapa saya mencintainya. Catatan di bawah juga bakal mengulas 5 tahun kepemimpinan Kaji Mbing, bupati yang menolak populer, pemimpin yang kami kenal cukup dekat, baik sebagai manusia biasa maupun beliau sebagai nahkoda pemerintahan. Nadanya akan cenderung subjektif, tapi terasa objektif jika dibaca pelan dengan kopi ditangan kanan.

Kami juga menagih janji legislatif Kabupaten Madiun, menanyakan program kerja, mereka ngapain aja, perda apa yang lahir, kerja apa yang berdampak, atau malah sebaliknya, mereka bekerja entah untuk siapa. Tapi yang jelas, catatan ini adalah ulasan yang biasa saja, baiknya dibaca dengan cara yang biasa saja, dengan perasaan yang biasa saja. Oh iya, akan ada pesan untuk Bupati Madiun 2024, pesan yang biasa saja juga, tak dijalankan juga tak apa-apa. Silakan membaca warga, mari kita refleksikan bersama, 5 tahun kepemimpinan Kaji Mbing.

Visi Kepemimpinan Semu

Seringkali kita membaca visi dan misi pemimpin daerah, hampir semuanya masih absurd dan tidak jelas, biasanya berbunyi seperti ini “Mewujudkan daerah yang aman, mandiri, sejahtera, dan berakhlak” Kata aman adalah hal yang absurd, aman yang seperti apa yang ingin diciptakan, begitu juga dengan kata mandiri, sejahtera, dan berakhlak. Semuanya perlu didefinisikan ulang dengan kongkrit, dengan terjemahan nilai yang mudah dilihat dan dirasakan masyarakat.

Sayang beribu sayang, sebagai anak muda Madiun yang ngalcer dan fomo, saya hampir tak pernah tahu langkah inovatif apa yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Madiun untuk menerjemahkan visi menjadi langkah kongkrit. Hampir semua upaya yang dijalankan adalah laku yang sama,  gitu-gitu saja, dan jauh dari kesan inovatif. Pernahkah kita mendengar langkah kreatif Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kab Madiun yang benar-benar baru? ide fresh untuk pariwisata daerah yang jauh lebih baik?

Kita tak pernah tahu jelas bagaimana visi misi daerah ini diwujudkan, semuanya absurd dan sulit dibaca. Setelah membaca filosofi logo 455 tahun Kabupaten Madiun, saya makin pesimis nilai-nilai adiluhung ini bisa diwujudkan, warna biru dalam logo menyimpan makna pemerintahan yang profesional dan berintegritas, serta masyarakat yang cerdas dan berwawasan luas. Hm, integritas seperti apa yang mampu mencerminkan pemerintahan yang profesional? yang sibuk kunjungan dinas dan rapat nirfaedah template itu?

Prioritas Pembangunan?

Senin, 24 September 2018 bertempat di Gedung Negara Grahadi Surabaya, H. Amad Dawami Ragil Saputra dan Hari Wuryanto resmi dilantik sebagai Bupati dan Wakil Bupati Madiun periode 2018 – 2023. Pasca pelantikan, Kaji Mbing menyampaikan bahwa fokus prioritas pembangunannya adalah membangun konstruk birokrasi yang kokoh agar visi misi dapat terwujud (baca:reformasi birokrasi), tentu bukan suatu hal yang mustahil untuk diwujudkan, tapi mustahil  banget.

Reformasi birokrasi adalah nada usang yang sering diteriakkan, menjadi tawaran solutif ditengah bobroknya tata kelola pemerintahan. Dengan masa kepemimpinan bupati yang hanya 5 tahun, cita-cita mereformasi birokrasi Kabupaten Madiun makin mustahil diwujudkan, apalagi pemilihan pimpinan perangkat daerahnya penuh akan syarat politis, memperbaiki birokrasi dengan jangka waktu kepemimpinan yang pendek adalah prioritas pembangunan yang absurd dan KOK ISOOOOO!

Saya tidak bilang bahwa memprioritaskan reformasi birokrasi adalah keputusan yang jelek, tidak lur, tidak. Keputusan ini hanya aneh saja. Saat SMA, saya masih ingat betul ada materi  good government, saya baca materi ini dengan seksama, pelan dan fokus. Lagi-lagi saya berteriak dalam hati, pemerintahan yang baik hanyalah utopia, sekuat apapun upaya untuk mewujudkannya, hanya utopia yang ada. Apalagi orang-orang di dalamnya……. sebagian teks anda pahami.

Apa yang kita harapkan dari daerah yang prioritas pembangunannya utopis, visi misinya absurd, dan minim inovasi ini. Tidak ada prioritas pembangunan yang kongkrit dan berdampak langsung kepada masyarakat. Apa yang kita harapkan dari daerah yang legislatifnya sulit dijumpai, bahkan via sosial media saja aksesnya kurang. Dan lagi, kita tak pernah tahu apa yang mereka kerjakan, saya yakin mereka bekerja, tapi entah untuk siapa.

Legislatif Ngapain Aja?

Membuka laman webiste DPRD Kabupaten Madiun, memandang wajah wakil rakyat, membaca rentetan agenda, dan  hampir semuanya saya tidak kenal, tak pernah ketemu, tak pernah mendengarkan gagasannya sama sekali. Mungkin kalian juga merasakan hal yang sama, tak pernah mengenal wakil rakyat terpilih, jangankan mengenal, mengerti saja mungkin tidak. Tentu ini bukan salah mereka, ini salah rakyat yang tak mau mengenal wakil rakyat, kita saja yang terlalu egois, ekslusif, dan memilih berjarak dengan wakil kita. 

Kita sebagai rakyat harusnya kulonuwun meminta para dewan untuk menerjemahkan perda dengan cara yang paling sederhana. Jika kalian berpikir DPRD Kabupaten Madiun tidak membumi dan sukar menemui rakyat, maka itu adalah pikiran yang salah, mereka begitu dekat dengan rakyat, dekat sekali hingga tak terlihat, hanya masyarakat tertentu yang mampu merasakan kehadiran dewan.

Bahkan jika anda berpikir bahwa kerja mereka hanya rapat dan rapat, maka dapat dipastikan pikiran tersebut salah, dewan yang kita pilih untuk mewakili kita ini adalah orang hebat, mereka rela begadang untuk memikirkan rakyat, memforsir waktu untuk menyiapkan solusi, menguras energi untuk kesejahteraan kita. Rubah mindset kalian yang terus berpikir bahwa dewan hanya bekerja untuk memperkaya keluarganya. Ingat, mereka bekerja untuk rakyat, untuk kita yang termarjinalkan.

Lalu apa yang mereka kerjakan? kok dampaknya tidak kami rasakan? Sungguh pertanyaan yang jelek dan tak layak dilontarkan, apa yang dewan kerjakan sudah ada di laman website resmi sekretariat DPRD Kabupaten Madiun, ada di postingan sosial media mereka. Kalian saja yang malas untuk membaca, kalian saja yang minim literasi. Wakil rakyat sudah berupaya keras agar informasi publik dapat dinikmati, eh kalian malah males baca. 

Sebagai rakyat, tak baik kita menuntut terlalu banyak kepada mereka. Para dewan sudah capek dengan rapat anggaran, rapat komisi, rapat badan kerja dan rapat paripurna. Apalagi mereka harus kunjungan kerja dari satu tempat ke tempat lain, sungguh berat dan terhormat laku riyadhah mereka. Para dewan juga harus mendengar ribuan suara. Jadi, jangan egois kalau suara kalian tak terdengar, ayo usaha lagi agar suara kalian tersampaikan.

Saya pribadi tak berharap banyak dari para legislatif. Sadar betul, saya ini cuma anaknya orang biasa, warga sipil non power yang tak punya kontribusi untuk daerah, tapi kalau diizinkan meminta, saya cuma ingin para dewan punya instagram dan tidak digembok. Tujuannya sederhana, agar saat ada kerusakan dan ketidaknyamanan di kampung-kampung, kami langsung bisa menghubungi wakil rakyat via sosial media. Apakah hal sesederhana ini sudah ada di DPRD Kabupaten Madiun? ya mana saya tahu, saya kan tanya.

5 Tahun Kepemimpinan

Tinggal menghitung bulan saja, masa kepemimpinan Bupati Madiun habis. Apa yang sudah Kaji Mbing kerjakan layak kita apresiasi, apapun dampak yang pernah kalian rasakan selama lima tahun kepemimpinan beliau, adalah hal sederhana yang wajib kita syukuri. Tak mudah memimpin Madiun, tak mudah mengelola kehendak ribuan masyarakat. Satu lagi, tak mudah menyelamatkan ekonomi daerah dari pandemi covid-19. Mari kita ucapkan banyak terima kasih kepada yang terhormat Kaji Mbing.

Sudah itu saja, waktunya kita membaca ulang lima tahun kepemimpinan Kaji Mbing, ada banyak hal yang mustinya kita cermati. Madiunpedia berulang kali  berkesempatan untuk ngobrol langsung dengan beliau, kami mendengar banyak hal, baik itu kabar membahagiakan maupun kisah menyedihkan. Kami memasang telinga lebar untuk mendengar keluh kesah Kaji Mbing, baik sebagai manusia biasa maupun beliau as a bupati.

Menolak populer, ini yang paling saya ingat dari kepemimpinan Kaji Mbing, beliau memilih untuk menjadi pemimpin daerah yang tidak populer, yang sedikit acuh dengan sosial media. Keputusan ini menjadikan 5 tahun kepemimpinan beliau mengalami irelevansi yang cukup tinggi, ada banyak ide yang tak tersampaikan, ada banyak kebijakan yang tak tuntas dipahami masyarakat, ada banyak gagasan yang tak diketahui publik. Dan beliau sadar betul akan hal ini.

Bukan politisi, saya mengenal beliau bukan sebagai politisi ulung yang dominan dengan misi politik golongan, beberapa kali perjumpaan dan perbincangan, saya justru mengenal Kaji Mbing sebagai negarawan, pemimpin politik yang menyusun kebijakan dengan bijaksana dan penuh wibawa. Gairah beliau untuk membangun Kabupaten Madiun menjadi daerah yang populer dan pop culture bukan jadi prioritas. Berbeda dengan saudara muda pimpinan Pak Maidi.

Reformasi birokrasi yang semu, ini jadi prioritas pembangunan Kaji Mbing dalam 5 tahun kepemimpinannya, berhasil tidaknya upaya ini bisa kita nilai sendiri. Tanpa riset ndakik-ndakik nan syarat ilmiah itu, saya masih belum merasakan perubahan yang signifikan dari prioritas pembangunan birokrasi, integrasi dan kolaborasi dari satu OPD dengan OPD lain masih jarang kita dengarkan. 

FOMO, meski beliau bukan penganut ideologi pop culture, beberapa inovasi yang lahir di masa kepemimpinan beliau adalah produk ikut-ikutan, salah satu yang nampak adalah beberapa aplikasi yang sering dilanunching, aplikasi yang hampir setiap OPD miliki. Katanya sih untuk masyarakat Madiun, apakah kalian menginstall aplikasi yang telah diluncurkan pemerintah? saya rasa tidak. Keberlanjutan aplikasi ini perlu kita tanyakan, juga aplikasi-aplikasi nirfaedah lain yang pernah jadi pembahasan, sungguh inovasi yang klise dan ra masok!

Misi yang sepi, poin nomer tiga dari misi kepemimpinan Kaji Mbing adalah membangun ekonomi dengan pariwisata yang berkelanjutan, apa yang harus dilanjutkan dari pariwisata yang gini-gini aja, hidup segan mati tak mau. Kalau boleh jujur, pariwisata Kabupaten Madiun sangat membosankan. Perlu kerja keras, kerja cerdas, dan kerja kreatif agar wisata daerah ini bangkit dari mati suri. Potensinya ada, tapi kolaborasi dan sinergitas sampai kapan jadi wacana?.

Poin nomer lima dari misi kepemimpinan Kaji Mbing adalah menguatkan budaya dan mengedepankan kearifan lokal. Ini adalah mimpi yang mengakar kuat untuk kehidupan manusia yang jauh lebih beradab, anjay. Tapi misi hanyalah misi, dongkrek tetap bingung mau kemana dan dikemanakan, pencak silat juga demikian, konflik terus terulang dan tak pernah serius untuk diselesaikan. Kearifan lokal apa yang ingin diperjuangkan? vandalisme tugu pencak silat?. Sedihnya, kebudayaan sedang tidak baik-baik saja lalu ditangani dengan cara yang biasa-biasa saja. Pokoke remok nda!

Siapapun Bupatinya, Ini Tugas Anda!

Siapapun yang bakal terpilih menjadi Bupati Madiun nanti, entah dari partai manapun, baik merah maupun biru, entah hijau maupun kuning. Bagaimanapun cara anda terpilih dan menahkodai Kabupaten Madiun. Saya nitip pesan untuk daerah tercinta, ada pesan dari anak muda Kabupaten Madiun, anak muda yang mencintai daerahnya dengan cara paling sederhana, yaitu:cangkeman!

Visi kepemimpinan yang jelas, saya ingin mendengar visi yang kongkrit bukan mimpi-mimpi utopis, saya ingin mendengar langkah detail yang sistematis bukan laku kerja pemerintahan yang absurd dan semu. Kemukakan gagasan anda menjadi ide yang mudah dipahami, sampaikan dengan cara yang kreatif. Kami sudah bosan dengan visi misi absurd, nilai-nilai adiluhung yang tak pernah diterjemahkan dengan cara fresh dan mematuhi nilai-nilai skena.

Fokus pada satu pondasi, dengan masa kepemimpinan yang hanya 5 tahun, terasa mustahil kita bisa mengoptimalkan semua program pembangunan. Diperlukan pondasi awal yang kokoh dalam membangun daerah, kita mau maju dari bidang apa, jika itu pariwisata, maka jadikan pariwisata sebagai mindset, jika ingin maju dengan kebudayaan, maka jadikan kebudayaan sebagai pola pikir dalam membangun daerah. Mustahil kita bisa optimal di semua bidang.

Populer, jadilah pemimpin yang aktif di media sosial, yang kehadirannya dirasakan oleh netizen. Sudah tidak zamannya pemimpin daerah menolak populer, dunia berubah cepat dan mempertahankan cara lama dalam komunikasi hanyalah jalan yang mempertebal irelevansi. Dengan teknologi, kehadiran kalian bisa dirasakan jauh lebih luas, kebijakan tersampaikan dengan jelas, ide gagasan tertangkap  lebih hangat. Masyarakat butuh pemimpin yang dekat tanpa sekat, baik di dunia nyata maupun maya.

Mengikis ego, jadilah pemimpin yang mampu menciptakan hubungan mutualisme antar OPD, dinas satu membantu dinas lain, saling dukung untuk kepentingan bersama. Saya yakin masih banyak ego sektoral di masing-masing dinas, mempertahankan prinsip yang sebenarnya tidak perlu. Kami rindu kolaborasi OPD untuk saling berkontribusi, tentu ini tugas berat, tak mudah menabrak ego sektoral di masing-masing dinas, tapi inilah jalan terjal kalau kita ingin Kabupaten Madiun jauh lebih baik.

Libatkan anak muda, saya yakin dengan semangat muda, pola pikir mereka memang tak sedalam golongan tua, tapi soal inovasi dan kreatifitas, generasi Z dan millenial jangan ditanyakan lagi, kami siap memberikan warna yang relevan agar birokrasi tak makin suram. Jika nada skeptis terhadap anak muda masih tertancap kuat dalam mindset birokrat saat ini, baiknya ditendang saja orangnya. Perubahan dalam sejarah bangsa ini berawal dari anak muda, percayalah kami bisa!

Ambil budaya pop culture, jadikan budaya yang sedang digemari masyarakat sebagai perspektif dalam membangun daerah, jalan ini adalah laku yang relevan dengan kebutuhan masyarakat. Tiap OPD bikin tiktok, instagram yang menarik, personal branding pemimpin dipikirkan secara matang. Terjemahkan visi misi dengan pola pop culture, niscaya pembangunan daerah akan nampak lebih cerah, tentu tanpa menegasikan kearifan dan budaya lokal yang ada.

Kurangi rapat perbanyak festival, masyarakat tak butuh rapat dan kunjungan kerja kalian yang mewah itu, kami hanya merindukan hiburan. Integrasikan semua festival yang ada di Kabupaten Madiun menjadi kalender event yang utuh dan mudah diakses, branding pariwisata dengan cara paling fresh, kita ada banyak potensi: pencak silat, dongkrek dan  gembrung. Jika dikelola dengan serius, percayalah, Kabupaten Madiun akan menjadi daerah yang mengagumkan.

Sisihkan dana untuk beasiswa perguruan tinggi, pemimpin kelak harus benar-benar peduli dengan pendidikan, mengalokasikan dana untuk putra-putri terbaik Kabupaten Madiun. Jika daerah ini benar-benar ingin maju, maka tak ada lagi alasan untuk tidak memberikan beasiswa kepada diaspora muda, Kota Madiun sudah melakukannya, kita kapan?

Geza Bayu Santoso